Selasa, 01 Januari 2013

KISAH MUTTHARIF BIN ABDULLAH



Kisah Tabi’in Muttharrif bin Abdullah
Dia dilahirkan dimasa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tapi tak sempat bersua dengan beliau
Dia mendapatkan ilmu, mengambil hikmah, sehingga menjadi seorang imam bagi kaum muslimin dan alim bagi agamanya.
Al-‘Ajali berkata,”Dia adalah seorang tsiqah dari kalangan tabi’in. Seorang laki-laki shalih.”Menurut Ibnu Hibban dalam ats-Tsiqatnya,”Dia dilahirkan dimasa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, seorang ahli ibadah dari bashrah yang zuhud.”
Dialah Muttharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir.
Saudaranya Yazid bin Abdullah, dia berkata,”Muttharrif lebih tua dariku sepuluh tahun. Saya lebih tua dari al-Hasan Bashri sepuluh tahun.”
Adz-Dzahabi menambahkan,”Muttharrif dilahirkan pada tahun terjadinya perang badar atau perang uhud. Mungkin ia sempat bertemu dengan Umar bin Khathab dan Ubay bin Ka’ab.”
Muttharrif menghabiskan hari-harinya dengan adab yang baik. Tak pernah terlewatkan kecuali dia mengevaluasinya.
Dia menyembah Tuhannya berlandaskan ilmu dan fiqih, dia tidak melampau batas dan juga mempersulitnya. Renungkan kalimat-kalimatnya untuk mengetahui keutamaannya. Dia berkata,”Malamnya tidur dan paginya menyesal, lebih saya sukai daripada malamnya tidak tidur dan siangnya kaget.”
Dari kalimat ini, terlihatlah kedalaman fiqihnya. Untuk mengetahui tentang muhasabah terhadap dirinya, singkap ungkapannya,”sesungguhnya untuk menjumpai malam dan menjauhkan tempat tidur , aku mentadabburi al-Qur’an. Aku membandingkan amalku dengan amalan penghuni syurga. Maka, sungguh amalan mereka luar biasa. Allah SWT berfirman,” Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.(QS.ad-Dzariyat:17)
          Sungguh aku tak melihat diriku sebagai bagian dari mereka!
          Maka, aku memalingkan diriku pada ayat,” “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”(QS.al-Muddatstsir:42)
          Dan kuperintahkan dengan ayat,” Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.”(QS.at-Taubah:102)
Allah memberikan kemuliaan kepada Muttahrrif yang tidak Dia berikan kecuali pada para waliNya yang beribadah dengan ikhlas dan berpegang pada jalan yang lurus. Allah memberikan kemuliaan beragam Karamah yang membedakannya dengan orang biasa.
Ketika memasuki rumahnya, seisi rumahnya ikut bertasbih. Suatu ketika, ia bersama seorang temannya berjalan dikegelapan malam. Maka, diujung cambuk mereka tampak cahaya! Temannya berkata,”seandainya hal ini kita bicarakan pada orang-orang, pasti mereka akan mengingkarinya.” Muttharrif menjawab, “para pendusta banyak berbohong!”. Maksudnya, orang yang mengingkari nikmat Allah adalah pembohong.
Muttahrrif adalah ahli hikmah. Kata-katanya mengandung pengertian yang mendalam. Ia berkata,”seandainya aku bisa mengeluarkan hatiku dan meletakkan di tangan kiriku, lalu didatangkanlah kebaikan dan diletakkanlah ditangan kananku. Sungguh, aku tak akan bisa mengobati hatiku hingga Allah meletakkannya.”
Ia juga mengatakan,”seandainya seseorang melihat buruan, dan buruan tidak melihatnya. Lalu pemburu itu membidiknya. Bukankah dikhawatirkan ia akan mampu mengambilnya?
          Dikatakan, “Ya.”
          “Begitulah syetan. Ia melihat kita dan kita tidak melihatnya. Maka, bisa jadi kita kena (terperdaya).”
Dia juga berkata,”Sungguh maut ini, telah merusak kenikmatannya di tangan ahli nikmat. Maka mintalah kenikmatan yang tidak pernah mati. Maka adakah kenikmatan yang tidak pernah mati?Itulah kenikmatan penghuni syurga yang kekal.”
Beginilah Muttharrif menghabiskan masa hidupnya. Ia tidak ikut melakukkan apa yang orang-orang lakukan. Ia menghabiskan malam dan siang harinya dengan muhasabah dirinya. Karenanya, tak heran kalau doanya selalu dikabulkan.
Suatu ketika Hajaj bin Yusuf memenjarakan Mauruq al-‘Ajali. Muttharrif berkata pada para sahabatnya,”Mari kita berdoa. Aminkanlah.” Lalu ia berdoa dan teman-temannya mengaminkan. Ketika waktu Isya tiba, Hajjaj keluar dan memerintahkan untuk membebaskan Mauruq.
Demikianlah kemuliaan Muttharrif. Pada tahun 81H, ia meninggalkan dunia yang fana ini untuk menemui TuhanNya. Dunia yang memang selama ini ia tinggalkan. Ia tinggalkan dengan hatinya. Tapi kali ini tidak. Ia tinggalkan dunia dengan hati dan jasadnya. Diantara wasiatnya pada adiknya adalah agar jangan seorang pun mengadzankan jenazahnya.
Semoga Allah meridhoi Muttharrif dan menempatkannya bersama orang shalih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar